Esai : Antara Aku dan Pahlawanku


Kembali berpaling sejenak ke masa kecil kita, disaat itu teringat kembali ketika orang-orang menanyakan sebuah pertanyaan sederhana: cita-cita kamu ingin jadi apa? Dan dari pertanyaan tersebut tak jarang kita pasti akan menjawab: cita-cita saya ingin jadi guru, cita-cita saya ingin jadi dokter, cita-cita saya ingin jadi pilot dan sebagainya. Kadang-kadang jawaban yang diucapkan dari mulut kecil kita saat itu hanyalah jawaban sementara yang sifatnya bisa dibilang asal sebut saja. Dari pertanyaan yang dilontarkan dan jawaban yang diberikan diatas, sebenarnya mengandung sebuah makna tujuan hidup yang ingin dicapai, yakni untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Setiap orang mempunyai keinginan dan tujuan yang berbeda-beda dalam menolong sesamanya. Ketika kita ingin menjadi seorang dokter, maka kita akan menolong orang lain yang sedang sakit. Ketika kita ingin menjadi seorang guru, maka kita akan menolong orang lain yang mau belajar dan menuntut ilmu. Secara falsafati, pendidikan adalah proses panjang dan berkelanjutan untuk mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaannya, yaitu bermanfaat bagi dirinya, bagi sesama, bagi alam semesta, beserta segenap isi dan peradabannya1. Dari hal-hal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kita bisa menjadi seorang pahlawan bagi orang lain asalkan kita telah berusaha menyumbangkan tenaga maupun pikiran untuk kepentingan bersama. Dalam kalimat sehari-hari, tentunya kata “Pahlawan” dapat diartikan sebagai orang yang berjasa karena sikapnya untuk menolong orang lain. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan merupakan orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran2. Kita semua pasti sudah mengetahui, bahwa pahlawan sangat identik dengan sejarah.


1 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kurikulum 2013, http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-mendikbud-kurikulum2013, diakses tanggal 13 November 2013

2 Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1.2, http://kbbi.web.id/, diakses tanggal 5 november 2013


Sebagai contoh, kemerdekaan Indonesia merupakan suatu momen penting dalam sejarah terbentuknya Negara Indonesia. Masa perjuangan berdirinya Negara Indonesia tidak akan luput dari peran pahlawan sebagai penggerak sekaligus pencetus kemerdekaan itu sendiri, baik pra kemerdekaan maupun pasca kemerdekaan. Perjuangan pun dilakukan melalui jalan peperangan dan diplomasi. Namun yang perlu ditekankan, semua itu merupakan pemikiran minim ketika kita masih duduk di bangku sekolah atau sedang berstatus sebagai siswa.

Sebuah paradigma ternyata cenderung berubah dan berkembang seiring dengan semakin bertambahnya usia seseorang. Dari setiap jenjang pendidikan yang ada, mulai dari SD, SMP, dan SMA bahkan sampai Perguruan Tinggi sekalipun, akan terjadi perubahan pola pikir dan cara bertingkah laku seseorang. Paradigma seorang siswa yang menganggap bahwa makna pahlawan itu adalah mereka yang berjuang di medan perang, membawa bambu runcing saat melawan para penjajah, serta meneriakan semangat kebangsaan pada era sejarah kemerdekaan Indonesia, nantinya akan berubah kepada paradigma baru seorang mahasiswa yang menganggap bahwa makna pahlawan itu adalah dapat dilakukan oleh siapa saja.


Pada zaman modern sekarang ini, atau lebih tepatnya masa mengisi kemerdekaan jika dilihat dari sudut pandang sejarah, makna pahlawan tidak lagi termasuk dalam kamus primitif, yang mana pahlawan itu selalu identik dengan perjuangan orang-orang terdahulu di masa merebut kemerdekaan Indonesia. Sebenarnya makna dari pahlawan itu tidak hanya sebatas pada perang semesta rakyat Indonesia saja, melainkan mempunyai makna yang lebih dalam tentunya. Adapun orang-orang disekitar kita, misalnya guru, orangtua, buruh, tukang sapu bahkan anak kecil pun bisa menjadi seorang pahlawan. Seorang guru diberi gelar sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Orangtua dan anak dapat dibilang sebagai pahlawan dalam keluarga. Seorang Ibu merupakan pahlawan dalam merawat dan memberikan kasih sayang terhadap suami dan anak-anaknya. Seorang Ayah merupakan pahlawan dalam mencari nafkah dan rezeki untuk menghidupi anak dan istrinya. Seorang anak juga bisa dikatakan sebagai pahlawan bagi orangtuanya secara khusus dan bagi masyarakat secara umum, yakni dengan bertindak sebagai pahlawan masa depan. Namun dalam pelaksanaannya, juga terdapat berbagai masalah yang ditemui dan diusahakan jalan keluarnya terkait peran seorang anak sebagai pahlawan masa depan.

Berbicara mengenai pahlawan masa depan, seorang pemuda sebagai agen perubahan akan memegang peranan penting dalam melanjutkan perjuangan pahlawan-pahlawan terdahulu. Sebagai seorang pemuda, mahasiswa yang sedang mengemban ilmu pengetahuan di Perguruan Tinggi merupakan cikal bakal terbentuknya pahlawan masa depan. Mahasiswa merupakan masa dimana segala potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang akan diusahakan untuk dikembangkan dan diterapkan. Disaat itu juga pola pikir mereka sudah mampu memahami sistematika, struktural serta abstraksi kehidupan. Sebenarnya, pahlawan masa depan dapat diartikan sebagai pahlawan yang akan berkontribusi di masa depan dan pada saat sekarang sedang menjalani proses pembentukan karakter kepahlawanan. Nah, apa yang dimaksud dengan karakter kepahlawanan itu? Sebenarnya karakter kepahlawanan itu merupakan sikap dan tingkah laku yang mencerminkan watak seorang pahlawan, yaitu rela berkorban, peduli terhadap lingkungan, pantang menyerah, gigih, percaya diri dan mandiri. Sikap-sikap tersebut dapat dijadikan acuan ideal dalam membentuk kepribadian seorang mahasiswa agar kelak mereka bisa sukses dan dapat menjadi pahlawan masa depan. Mahasiswa merupakan insan yang jiwanya masih terombang-ambing dan perasaannya cenderung agak labil. Mereka sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan luar yang fakultatif, yakni terkadang terlihat baik dan terkadang terlihat jahat. Tetapi semua itu memang tergantung dari sudut pandang seseorang yang melihat kondisi dan potensi lingkungan itu. Mahasiswa sering mengalami dilema ketika mereka berada pada suatu persimpangan jalan kehidupannya. Mereka harus memilih jalan apa yang hendak dituju. Apakah jalan itu akan mengantarkan mereka pada gerbang kesuksesan? Atau malah sebaliknya, apakah jalan itu akan membawa mereka pada pintu kesesatan dan jurang kegagalan? Adapun analogi jalan yang dituju menjelaskan bagaimana cara mahasiswa dapat berinteraksi dengan baik melalui cara belajar yang benar dalam menggali potensi diri, dan berprilaku secara wajar dalam hubungan sosial. Dilema yang dialami oleh mahasiswa ternyata menimbulkan dua masalah utama. Masalah yang terjadi terkait pada dua sikap yang menggambarkan prilaku mahasiswa saat sekarang ini. Sikap yang pertama adalah kurangnya kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan sekitarnya. Cerminan mahasiswa sekarang adalah tidak peduli. Kebanyakan mahasiswa sering mengabaikan segala hal yang berkaitan dengan urusan kuliah, seperti malas ke kampus, tidak peduli pada tugas dan lain-lain. Kemudian mahasiswa juga sering tidak peduli terhadap orang lain disekitarnya, misalnya saja mereka tidak mau tahu tentang teman sekampus, kakak kelas, maupun dosen yang mengajar. Selanjutnya, sikap yang kedua mengenai masalah etika mahasiswa dalam bergaul di masyarakat khususnya pada kehidupan kampus. Etika yang dilakukan cenderung mengarah pada hal-hal kecil dan sepele namun akan berdampak pada kualitas seorang mahasiswa. Contohnya adalah bersalaman atau paling tidak tegur sapa dengan teman, kakak kelas dan dosen ketika bertemu. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka sangat diperlukan dukungan dan motivasi dari berbagai pihak, misalnya orangtua, teman sebaya, kakak kelas, dosen maupun Perguruan Tinggi sehingga mahasiswa itu dapat diarahkan kepada jalan yang benar. Dukungan dan motivasi yang diberikan dapat berupa penanaman moral sejak dini oleh orangtua, sikap saling menghormati satu sama lain, selalu memberikan apresiasi terbaik terhadap hasil karya orang lain, maupun penyediaan sarana dan prasarana pendidikan oleh universitas. Ketika mereka menentukan pilihan jalan hidupnya saat berada pada daerah kritisnya itu, dan kemudian mereka berhasil melalui setiap rintangan dan hambatan yang ada dengan berbekal karakter dan ilmu pengetahuan, otomatis disaat mereka sukses nanti, diharapkan mereka dapat menjadi bibit-bibit pahlawan baru di masa depan.

Pahlawan masa depan identik dengan sukses. Kata “Sukses” pastinya akan mengandung pengertian bahwa seseorang dapat dikatakan sukses jika ia mempunyai IQ, EQ, dan SQ yang mantap. Kemampuan dalam mengendalikan emosi, bersikap rasional dan bijak menanggapi perasaan orang lain merupakan modal utama seseorang untuk dapat berinteraksi dengan baik dalam hubungan sosialnya. Kemampuan intelegensi, yakninya mampu menyeimbangkan antara penggunaan otak kiri dan otak kanan juga berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang. Sedangkan kemampuan spiritual diperlukan dalam memaknai hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialami. Dengan memberi makna yang positif akan mampu membangkitkan jiwa dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif juga. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat diasah melalui proses belajar dan latihan yang dapat dilakukan oleh keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.

Jadi, seorang mahasiswa yang pada awalnya adalah seorang pemuda yang biasa-biasa saja, nantinya di masa depan diharapkan mereka dapat menjadi para pejuang yang luar biasa yang akan berkontribusi dalam menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa sebagai aksi estafet perjuangan para pahlawan terdahulu melawan penjajahan. Pahlawan terdahulu telah berhasil meraih tujuan perjuangan mereka yakni hak merdeka bangsa Indonesia. Dan saat ini, mahasiswa sebagai pemuda harapan bangsa dan negara, akan diberi tugas untuk mengisi kemerdekaan yang telah diraih sekaligus berusaha mencapai tujuan baru bangsa Indonesia yakni menjadikan Negara Indonesia sebagai negara yang berketuhanan, berkemanusiaan, berbudaya, adil, memiliki rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi, menjunjung tinggi musyawarah dan mufakat, serta dipandang hormat di mata dunia. Mereka akan melanjutkan perjuangan para pahlawan masa lalu yang akan selalu dikenang, tentunya dengan bertindak sebagai pahlawan masa depan. Melalui ide-ide kreatif dan inovatifnya, mereka dapat menghasilkan karya-karya anak bangsa yang luar biasa sehingga dapat mengharumkan nama negara. Disamping itu, etika yang baik dan budi pekerti luhur yang telah terpatri dalam jiwa, dapat menjadi modal dalam membangun dan memimpin negara ini agar kelak menjadi negara yang aman, makmur dan sejahtera. Sesungguhnya pahlawan itu tidak hanya mereka yang ikut berperang, mereka yang berlumuran darah, dan mereka yang rela meninggalkan kehidupan normalnya untuk membela negara, tetapi mereka yang berguna bagi orang lain itu sudah cukup dapat dikatakan sebagai seorang pahlawan. Dalam hal ini, mahasiswa akan bermain dalam sebuah operet yang berjudul Antara Aku dan Pahlawanku dengan berperan sebagai pahlawan masa depan, karena kita semua bisa menjadi pahlawan, yaitu pahlawan yang memajukan Negara Indonesia di masa mendatang.

Daftar Pustaka

Nggermanto, Agus.2005.Quantum Quotient: Kecerdasan Quantum.Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.
No comments

No comments :

Post a Comment